Angka Partisipasi SMA Rendah, Bobby Kritik Masalah Kutipan Biaya di Sekolah yang Banyak

Pasangan Cagub/Cawagub Bobby-Surya mendapat nomor urut 1 pada pengundian yang dilakukan KPU Sumut bebrapa waktu lalu. Instagram/bobbynst

IMAJI.CO.ID – Debat perdana antar pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara berlangsung seru. Masing-masing pasangan juga telah menyampaikan visi dan misinya untuk membuat Sumatera Utara menjadi provinsi yang unggul.

Pada debat perdana kali ini, pelayanan publik menjadi sub tema yang paling disorot, tak terkecuali dengan isu pendidikan. Sebab, berdasarkan data BPS tahun 2023 angka partisipasi murni atau APM pada SD di Sumatera Utara mencapai 97,95%, SMP 82,09%, sementara APM pada SMA hanya 68,67%.

Tentu angka tersebut menunjukkan adanya problem di tengah masyarakat untuk tidak secara masif meneruskan jenjang pendidikannya sampai Sekolah Menangah Atas. Padahal jenjang pendidikan di era digital ini sangat diperlukan.

Calon pasangan Cagub dan Cawagub nomor urut 2, Edy – Hasan, menyoroti APM SMA yang tergolong rendah dibanding angka APM SD dan SMP. Di hadapan publik, Edy Rahmayadi yang pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara menganggap bahwa pendidikan memang sangat penting. Namun pada masa kepemimpinannya ia menyinggung adanya hambatan berupa Covid-19, yang ia soroti menjadi pengaruh rendahnya APM SMA.

“Saya (dulu) gubernur Sumatera Utara melengkapi 24 SMK dan SMA yang saya bangun. Saya bukan wacana, tapi kebutuhan kita sampai 96 dalam rangka melengkapi setiap setingkat SMA di 33 kabupaten dan kota. Tapi bertahap, bertingkat, dan berlanjut untuk kita lakukan prioritas. Yakni dengan memprioritaskan APBD kita minimal 20%. Dari 20% itu memang kita kemarin terhenti karena terjadinya Covid-19. Saya hanya mampu menyiapkan 24 SMA/SMK itu,” beber Edy.

Cagub nomor urut 2 itu memandang bahwa A dan kurikulum pendidikan harus disiapkan. Termasuk pula memastikan para pendidik untuk bisa menjalankan pembelajaran kepada anak-anak sekolah.

“Saudara-saudara saya, APM ini sangat penting tetapi pastinya dimulai tahun 2022 sudah meningkat 0,68% walaupun hanya kecil,” klaim Edy.

Tidak puas dengan jawaban Edy, pasangan Cagub dan Cawagub nomor urut 2, Edy-Surya, menyampaikan kritik tentang iklim pendidikan di Sumut saat masa Edy memimpin. Bagi mereka, rendahnya angka APM SMA/SMK di Sumut tidak terlepas dari adanya biaya pendidikan yang mahal.

“Kami kemarin keliling ke kabupaten/kota di Sumatera Utara dalam masa kampanye. Kalau boleh ngasih informasi, Pak Edi, untuk masalah APM ini yang SMA paling rendah. Ada 2 persoalan yang kami dapatkan di lapangan, yang pertama karena masalah ekonomi. Karena masih ada tadi kutipan-kutipan atau bayaran-bayaran untuk anak-anak SMA dan SMK di Sumatera Utara,” tegas Bobby.

Tidak sampai di situ, selain masalah pungutan pendidikan, Bobby juga menyoroti betapa masyarakat Sumut masih memiliki budaya yang menganggap pendidikan tinggi kurang penting.

“Ini masalah ada di beberapa kabupaten kita yang memang anak-anaknya setelah selesai SMP kebiasaannya atau kebudayaannya ini langsung lanjut kerja,” pungkas Bobby.

Edy yang memiliki kesempatan untuk menjawab klaim dari Bobby mengatakan bahwa jika memang kutipan pendidikan yang dimaksud seharusnya dilaporkan.

“Angka partisipasi ini bukan kutipan atau pelanggaran. Kalau memang tahu itu ada kutipan-kutipan seperti itu, kenapa tak dilaporkan? Kenapa Kepala Dinas yang melakukan hal itu malah menjadi dinaikkan? Memang harga mempengaruhi, nilai mempengaruhi, ekonomi mempengaruhi, tapi yang perlu dicatat kehadiran seorang gubernur untuk menanggapi dan menyiapkan fasilitas-fasilitas, sehingga memotivasi orang-orang tua dan kita semua dalam mendidik anak-anak,” jelas Edy. (EK)

ADVERTISEMENT