IMAJI.CO.ID – Salah satu Pondok Tahfiz yang berada di Percut Seituan didatangi oleh sekelompok warga pada malam hari. Hal ini dikarenakan sang pimpinan sekaligus pemilik diduga melakukan pelecehan seksual kepada 3 santrinya.
Pimpinan Pondok Tahfiz berinisial MHP dijemput warga beserta personel Polsek Medan Tembung di kediamannya. Ia lalu dibawa ke Polrestabes Medan untuk menjalani serangkai pemeriksaan di Unit PPA.
Sejauh ini MHP telah dilaporkan sebanyak 3 kali. Yakni 2 laporan dibuat pada bulan Juni dan 1 laporan lagi dibuat pada bulan September. Keluarga korban pun mengamuk karena MHP belum juga diperiksa oleh Polrestabes Medan. Alhasil mereka menjemputnya bersama Polsek Medan Tembung.
“Atas keresahan masyarakat terhadap adanya peristiwa kasus asusila Pondok Tahfidz, masyarakat mendemo dan mengantarkan terduga pelaku ke Polrestabes Medan (untuk diperiksa). Santri ini sudah keluar dan berani melapor. Ketika santri masih di dalam mereka tak berani melapor. Korban ada 3 (FH 13 tahun, AMR 14 tahun, dan RH 14 tahun). Tapi masih kami kembangkan dan sisir lagi apakah ada korban lain,” terang Deded Syahputra selaku kuasa hukum keluarga korban, Kamis (7/11/2024).
Ia menambahkan bahwa 3 santri yang menjadi korban pelecehan seksual itu juga hari ini diperiksa unit PPA. Deded mengatakan bahwa mereka menjadi korban seorang pimpinan Pondok Tahfiz yang memanfaatkan jabatannya sebagai petinggi. Ketiganya diduga diperintahkan untuk melayani MHP sang ustadz.
“Dugaan pelecehannya ini para santri disuruh mengadakan semacam ritual khusus dari pimpinan untuk melayaninya, seperti melakukan onani hingga seks oral. Kami diintruksikan hari ini jam 10 datang mendampingi pemeriksaan. Terduga pelaku cuma 1 orang. Pelaku ini kan di masyarakat sekitar terkesan sebagai ustadz kharismatik. Dia mengancam santrinya jangan melapor ke masyarakat atau orang tuanya, karena ini menyangkut aib ustadznya,” lanjut Deded.
Ketiga santri yang hari ini diperiksa masing-masing didampingi orang tuanya. Termasuk AMR (14), ia didampingi ibunya berinisial S.
Saat ditanya awal mula ia mengetahui anaknya menjadi korban pelecehan seksual, S tak urung menunjukkan raut geramnya. Pasalnya anaknya sampai saat ini terus mengalami trauma.
“Awalnya itu ada kawannya yang ngomong pas pulang, saya dapat kabar pun dari orangtua yang lain. Saya ditelepon bahwa anak saya juga jadi korban (pelecehan seksual oleh pimpinan pondok). Saya terkejut, saya jemput anak saya ke pondok. Awalnya anak saya tidak mau mengaku. Sampai akhirnya dia menangis dan memeluk saya,” bebernya.
Sebagai orang tua, S tak mau tinggal diam. Ia bersama orang tua santri lainnya segera melaporkan kasus ini kepada polisi. Berdasarkan pengakuan anaknya, AMR telah dilecehkan sebanyak 3 kali.
“Anak saya sudah kena 3 kali. Modusnya disuruh kusuk dulu, lama-lama dicium. Pelaku mengancamnya halus agar jangan melaporkan kasus ini karena nanti ilmu yang di dapat di pondok tidak akan berkah,” sebutnya. (EK)