IMAJI.CO.ID, Deli Serdang – Di samping kemasyhuran Lau Mentar Canyon sebagai potensi wisata susur sungai kelas wahid di Deli Serdang, ternyata ada satu situs kebudayaan yang luput perhatian para pengunjung. Masyarakat setempat menyebutnya “Tapak Umang”, suatu situs yang menyimpan cerita magis dan kisahnya telah hidup berdampingan dengan masyarakat sekian tahun lamanya.
Lokasi Tapak Umang berada tidak jauh dari sungai Lau Mentar Canyon, Desa Rumah Liang, Deli Serdang. Selain menyimpan potensi sub sektor pariwisata, Desa Rumah Liang yang secara geografis berada di perbukitan, juga menyimpan tradisi lisan tersendiri. Jika di Aceh ada legenda “Tapak Tuan”, maka di Sumut ada “Tapak Umang”.
“Banyak orang yang datang ke Lau Mentar Canyon. Tapi tidak tahu ada situs Tapak Umang,” kata Local Guide Lau Mentar Canyon bernama Sinton.
“Tapak Umang” berasal dari bahasa Karo yang memiliki arti “Tapak Jin/Roh”. Situs ini berupa sebuah batu besar di tengah areal ladang masyarakat di pinggir sungai Lau Mentar Canyon. Uniknya, di atas batu yang keras tersebut ada jejak kaki mirip seperti manusia namun ukurannya sedikit lebih besar. Masyarakat lokal memercayai bahwa itu merupakan tapak jin. Sebab bagi mereka, tidak mungkin kaki manusia bisa membuat jejak di batu yang keras dan besar.
Baca juga: Lau Mentar Canyon, Wisata Susur Sungai Kelas Wahid di Deli Serdang
“Umang ini makhluk halus. Atau bunianlah, dibilang. Wujudnya seperti manusia. Tapi yang membedakannya, mereka itu kakinya terbalik dan sedikit agak besar dibanding kaki manusia. Mereka hidup berdampingan dengan kita,” kata pria tua bernama Ginting.
Ada perbedaan yang mencolok antara bentuk Tapak Umang dan jejak kaki manusia pada umumnya. Tapak Umang lebih mirip seperti jejak kaki manusia purba yang lebih lebar di bagian depannya sekaligus memiliki 6 jari. Ginting menepis jika situs itu merupakan hasil pahatan. Sebab, menurut cerita dari Bolang dan Nininya dahulu, Tapak Umang sudah ada dan ceritanya telah diwariskan secara turun-temurun.
“Umang ini makhluk halus yang baik. Dia gak akan mengganggu kalau kita gak mengusiknya. Jejak bulat yang kecil-kecil banyak itu (berada di samping Tapak Umang) diceritakan orang tua saya dulu adalah jejak kaki anak-anak Umang,” cerita Ginting.
Meskipun memiliki cerita magisnya sendiri dan kerap dikeramatkan, namun siapa pun boleh datang dan melihat situs Tapak Umang. Apalagi bagi Imajiners yang tertarik dengan tradisi lisan atau mitos yang berkembang di tengah masyarakat.
Namun yang perlu dicatat adalah siapa pun yang berkunjung harus menjaga tutur dan sikapnya. Hal tersebut semata sebagai bentuk penghormatan kepada kepercayaan masyarakat lokal.
“Gak boleh berkata kotor dan bersikap buruk. Karena Tapak Umang ini salah satu tempat yang mistis,” pungkasnya. (EK)