IMAJI.CO.ID, SERGAI – Bagi seorang pembalap reli perempuan ini, BMW-E36 adalah mobil yang menyimpan banyak kenangan dan sejarah. Tak salah, hingga sejauh ini mobil ini masih menjadi mobil ternyaman bagi Qanita Syahshiyah.
Dengan wearpack yang sedikit kusut, Qanita tampak begitu lelah. Sore itu ia baru saja menyelesaikan special stage (SS) 6 pada ajang Kejurnas Rally yang digelar di Rambong Sialang Kabupaten Serdang Berdagai, Sabtu (4/8/2024).
Ia tanding untuk kategori R3 bersama ayahnya Tito Pratikto. Rasa lelah Qanita terlihat karena pada reli hari itu, ia harus masuk ambulans di SS 4. Meski begitu ia tetap bisa fight melanjutkan pertandingan hingga akhirnya semua SS berjalan lancar dan finish dengan waktu yang maksimal.

Kepada Imaji.co.id, Qanita sedikit bercerita bahwa mobil yang dipakainya dalam reli kali ini mobil yang penuh dengan kenangan. BMW E-36 yang dipakainya pada event rally panjang kali ini banyak sejarah bahkan menjadi mobil ternyaman yang ia pakai.
“Jadi ini mobilnya pernah menang di Hambalang. Selain itu, dulu pertama kali jadi navigator reli saya juga memakai ini,” kata wanita yang baru saja menyelesaikan studi S1 nya tersebut.
Bahkan menurutnya, mobil tersebut juga pernah terbalik waktu sprint rally di Malang. “Jadi emang bener-bener banyak kenangannya,” ujar Qanita.
Untuk jenis mobil sendiri, ia pernah memakai Suzuki Jimny di kelas F1, kemudian Proton Saga di kelas R1 dan saat ini ia mulai menikmati naik BMW E-36. Meski belum mendapatkan kesempatan mencoba dengan mobil lain, Qanita yakin bahwa reli ini akan terus digelutinya sampai akhirnya nanti ia punya target lain.

Sebagai seorang perempuan, punya hobi antimainstream itu bukanlah hal yang menjadi masalah bagi Qanita. Apalagi ia terlahir dari seorang ayah yang juga merupakan pereli. Hobi nya balapan rally itu dimulai dari saat ia menjadi navigator ayahnya. Kemudian ia dikasih kesempatan mulai nyetir sendiri di tahun 2021.
Awalnya, ia hanya ikut sprint rally. Tahun 2021 lumayan ada beberapa event yang ia ikuti di Sprint Rally. Untuk rally panjang, ia pernah mencobanya saat Kejurnas Rally yang dilaksanakan tahun 2022 di Danau Toba.
“Kenapa tertarik? Sebenarnya memang sudah tertarik sejak kecil. Dulu waktu masih SD sering diajak ayah ke Sentul baik itu event rally maupun event motorsport. Nah di situ lihat mobil-mobilnya keren. Dengar suaranya saja sudah terpesona. Tambah lagi yang membuat saya tertarik waktu kecil itu wearpacknya,” ujarnya dengan nada bercanda.

Bagi wanita asal Jakarta ini bahwa darah rally nya memang turun dari ayahnya. Bahkan sebenarnya bukan hanya dia saja yang memiliki hobi reli, kakaknya juga memiliki darah balapan reli. Sprint rally pertama yang diikuti yakni event rally di Banten Pangandaran.
‘Karena ada ayah, jadi ngajarinya bisa lebih maksimal,” ucapnya.
Target Qanita ke depan, ia berharap banyak memiliki kesempatan turun di balapan reli. Apalagi beberapa tahun belakangan ini ia sempat vakum sebentar dari dunia balapan. “Jadi targetnya biar nambah pengalaman aja biar bisa ngalahin om-om di kelas lain. Setelah lulus ini saya bisa lebih fokus buat latihan. Dan mudah-mudahan bisa lebih maksimal,” ujarnya.
Saat ditanya lebih memilih event sprint rally atau rally panjang, Qanita dengan tegas menjawab rally panjang. Di rally panjang ia lebih banyak waktu di dalam mobil. “Jadi lebih berasa sebenarnya. Kalau di sprint rally kita lebih banyak menunggu,’ ujarnya.
Turun di Rambong Sialang juga bagi Qanita banyak pengalaman yang luar biasa, termasuk saat ia masuk ke dalam ambulans. “Rambong Sialang ini lebih panas ya. Beda sama Toba yang dingin. Begitu juga dengan track, kita beruntung di sini lebih lebar tracknya. Semoga bisa balik lagi ke sini,” ujarnya. (IMAJI.CO.ID/NR)