Nuraga Bhumi: Film Dokumenter yang Mengupas Perjuangan Perempuan Penjaga Hutan

Festival Literasi Merdeka 2024

IMAJI.CO.ID – Film dokumenter Nuraga Bhumi, karya kolaborasi sutradara asal Kanada, Danielle Khan Silva, dan produser lokal Nayla Azmi, menjadi sorotan dalam Festival Literasi Merdeka 2024 yang digelar di Gedung Juang 45 Medan pada akhir pekan lalu. Film berdurasi 30 menit ini menghadirkan kisah para penjaga hutan perempuan dari Nuraga Bumi Institute di kawasan Kaki Leuser, yang menggambarkan bagaimana menjaga hutan sama dengan menjaga kehidupan.

Film ini menyoroti perjalanan lima perempuan penjaga hutan yang rutin melakukan patroli di kawasan konservasi. Mereka berjuang melawan berbagai tantangan, termasuk cuaca ekstrem dan ancaman lainnya, demi melindungi ekosistem yang menjadi paru-paru dunia. Film ini juga menampilkan bagaimana dedikasi perempuan sering kali dipertanyakan karena stereotip gender.

“Kenapa perempuan harus membuktikan diri terlebih dahulu untuk diterima?” ungkap Nayla Azmi dalam diskusi pasca-penayangan, Jumat (29/11).

Nayla Azmi menjelaskan, bahwa film ini menjadi proses dekolonialisasi bagi dirinya, yang melibatkan penelusuran sejarah keluarga. Dalam perjalanannya, ia menemukan bahwa dirinya adalah keturunan dari pejuang di masa Perang Batak melawan Belanda. Hal ini, menurutnya, mempertegas keterikatannya dengan alam dan memberikan alasan kuat untuk terus berjuang dalam konservasi.

Dalam proses pembuatan Nuraga Bhumi membutuhkan persiapan matang selama bertahun-tahun. “Dari riset hingga produksi, kami mempersiapkan segalanya dengan sangat detail, meski banyak kendala seperti lokasi yang sulit diakses atau masalah teknis saat syuting,” ujar Nayla.

Proses pasca-produksi pun memakan waktu lama, terutama karena harus menerjemahkan wawancara dan mengedit ratusan jam rekaman. Film ini rampung pada Februari 2024, setelah memulai syuting sejak Februari 2023.

Melalui film ini, Nayla menekankan bahwa konservasi bukan hanya tugas lembaga besar, melainkan tanggung jawab masyarakat setempat yang hidup dari alam tersebut. Ia juga mengkritik minimnya ruang aman bagi perempuan di bidang konservasi. “Konservasi harus menyediakan ruang aman bagi perempuan untuk bekerja tanpa rasa takut akan pelecehan,” tegasnya.

Nuraga Bumi Institute telah menjalankan berbagai proyek seperti patroli hutan, rumah baca untuk 75 anak, pemberdayaan penyintas kekerasan seksual, hingga pembelian tanah yang dikembalikan menjadi hutan. Meski tanpa donor besar, mereka terus berkarya dengan sumber daya yang terbatas. Nayla berharap, inisiatif kecil seperti ini dapat memberikan dampak besar bagi pelestarian lingkungan.

Nayla juga membagikan pengalaman unik saat syuting di situs bersejarah. Peralatan kamera sering mengalami overheat tanpa sebab jelas, terutama ketika merekam cerita terkait peperangan masa lalu. Ia meyakini bahwa ini adalah bentuk ‘pesan’ dari leluhur yang menolak cerita tersebut direkam.

Setelah penayangan perdananya di Bali Film Festival Juli lalu, Nuraga Bhumi akan melanjutkan perjalanan ke Nepal Film Festival pada Februari 2025. Film ini telah mendapatkan apresiasi global dan menjadi ajang pengakuan bagi para pembuat film lokal yang berjuang mengangkat isu-isu penting.

Harapan Nayla untuk masa depan dan pesan utama dari film ini adalah bahwa siapapun dapat menjadi garda depan konservasi, terutama masyarakat yang hidup di sekitar hutan. “Kami ingin mengembalikan konservasi kepada orang-orang yang hidup dan tumbuh di tanah ini,” tegas Nayla. Selain itu, film ini juga mengajarkan pentingnya kolaborasi dan inisiatif lokal untuk mencapai tujuan besar.

Film ini juga menjadi kritik terhadap organisasi internasional yang mendominasi konservasi di Sumatera Utara, sementara masyarakat lokal sering kali terpinggirkan. Nayla berharap, melalui film ini, akan ada kesadaran bahwa konservasi harus melibatkan lebih banyak masyarakat setempat.

Aksi Nyata dan Kolaborasi
Saat ini, Nuraga Bumi tengah melakukan survei terkait perdagangan daging anjing dan kucing di Sumatera Utara, yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan jurnal. Mereka juga mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam kampanye ini melalui survei online.

Film Nuraga Bhumi bukan sekadar dokumentasi, tetapi juga panggilan untuk bertindak. Dengan segala tantangan yang ada, Nayla Azmi dan timnya berhasil membuktikan bahwa konservasi dapat dilakukan dengan semangat dan inisiatif, meskipun tanpa dukungan besar. Film ini memberikan pesan bahwa setiap langkah kecil memiliki dampak besar, serta menginspirasi banyak orang untuk berbuat lebih bagi lingkungan. (SA)

ADVERTISEMENT