IMAJI.CO.ID. MEDAN– Semua kemungkinan masih bisa terjadi di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) 2024 nantinya. Meski nama Bobby Nasution menjadi salah satu nama yang kuat di dalam kontestasi nantinya, akan tetapi nama calon lain juga masih tetap berpeluang untuk terpilih.
Hingga sejauh ini, beberapa tokoh dan politisi lainnya masih melakukan proses seleksi agar kontestasi bisa berjalan mulus sehingga Bobby memiliki penantang nantinya.
Setidaknya ada lima nama calon Gubernur Sumut dari PDIP yang saat ini telah selesai mengikuti tahapan wawancara dan bakal menjadi pesaing Bobby.
DPD PDIP Sumut melalui Ketua Badan Pemenangan Pemilu, Mangapul Purba menyatakan, berkas lima calon gubernur itu telah disampaikan ke DPP PDIP di Jakarta.
“Sudah selesai melakukan wawancara kepada calon gubernur dari PDIP. Total sudah lima yang mengikuti. Kini proses berlanjut di DPP PDIP,” ucap Mangapul, Rabu (17/7).
Setelah mengikuti tahapan itu, proses selanjutnya akan dilakukan survei. Agenda itu dibuat untuk mengukur elektabilitas dari masing-masing calon di tengah-tengah masyarakat.
Lantas siapa saja lima kandidat Gubernur Sumut yang bakal menjadi penantang Bobby Nasution?
Mangapul mengungkapkan, lima calon gubernur tersebut yakni Edy Rahmayadi, Nikson Nababan, Abdul Azis, Faqihudfin Fadhlan, dan Barry Simorangkir.
Seperti diketahui, PDIP merupakan partai yang bisa menghadirkan calon untuk menantang Bobby Nasution pada Pilkada 2024 nantinya. Kursi PDIP pada Pileg 2024 lalu sebesar 21 kursi. Artinya PDIP bisa mengusung calonnya sendiri untuk melawan mantan kadernya sendiri yakni Bobby Nasution yang telah didukung 7 partai politik. Ketujuhnya yakni Golkar, Gerindra, NasDem, Partai Amanat Nasional (PAN), Demokrat, PPP dan PKB.
Siapa saja berpotensi
Menanggapi siapa yang menjadi calon kuat yang bisa melawan Bobby Nasution, Pengamat Politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr Arifin Saleh mengatakan bahwa sejauh ini ada dua nama yang menguat yakni Edy Rahmayadi, mantan Gubernur Sumut 2018-2023 dan Nikson Nababan, Bupati Tapanuli Utara (Taput) sebelumnya.
Hanya saja, Arifin menilai bahwa di dalam dunia politik, setiap hari, setiap jam bahkan last minute semuanya bisa berubah dan semuanya bisa terjadi. “Artinya bisa juga nanti muncul nama baru lagi dan itu sangat memungkinkan,” ujarnya.
Mengingat, waktu pendaftaran calon ke KPU juga masih sekitar satu bulan lagi. Bahkan Arifin menilai antara Edy Rahmayadi dan Nikson juga belum berpeluang begitu kuat. “Artinya dukungan ke mereka juga belum begitu kuat. Karena PDIP, belajar dari pemilihan gubernur sebelumnya sering menentukan pasangan calon itu di saat-saar terkakhir,” sebutnya.
Sejauh ini, jika melihat dukungan dari partai politik, tentu Bobby Nasution sangat kuat. Karena sebagian parpol sudah mendukungnya. Hanya saja, meski dukungan sudah kuat, banyak variabel lainnya bisa dilihat di pilkada nantinya.
Selain partai pendukung, variabel yang bisa dilihat adalah kesolidan tim. Kemudian keberadaan sosok wakil yang mendampinginya dan logistik. Kemudian ada hal-hal teknis dan non teknis lainnya. Misalnya, ketika sang calon blunder, maka bisa kemungkinan juga tidak berpeluang kuat untuk menang. Contohnya apa yang dialami Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) pada Pilkada DKI Jakarta sebelumnya.
“Semua menggadang-gadang dia unggul. Tapi karena ada terganjal blunder terkait Almaidah, Ahok jadi kalah. Maka tidak tertutup kemungkinan calon lain juga bisa seperti itu. Makanya semua calon harus hati-hati dalam bertindak,” ujarnya.(AR/NR)