IMAJI.CO.ID – MEDAN– Sumatera Utara batal menjadi tuan rumah perhelatan olahraga disabilitas bergengsi, Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) ke-17. Batalnya Sumut menjadi tuan rumah harus diikhlaskan para atlet disabilitas. Padahal segala macam persiapan sudah dimatangkan.
Pembawa obor Peparnas Sumut ke-17 saat di Papua, Sofyan, tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Pasalnya, mimpi bakal bertanding di kampung sendiri batal karena alasan beberapa fasilitas yang belum matang.
Sofyan merupakan atlet disabilitas unggulan untuk cabang olahraga (cabor) Tenis Meja yang diproyeksikan berlaga di Peparnas Sumut, tahun 2024 ini. Ia didapuk menjadi pembawa obor saat pelaksanaan Peparnas sebelumnya, di Papua, tahun 2022 lalu.

“Sangat kecewa pastinya. Maksudnya, waktu di Papua (Peparnas sebelumnya) saya itu yang memadamkan api obornya dan saya yang memegang bendera untuk relaynya ke Sumut. Bayangin coba. Pastinya ya sangat kecewa,” kaya Sofyan kepada Imaji.co.id, Senin (22/7/2024).
Sofyan menilai, padahal Sumut sangat siap menjadi tuan rumah ajang olahraga disabilitas bergengsi empat tahunan itu. Hal itu juga diamini saat rapat kerja provinsi National Paralympic Committee (Rakerprov NPC) Sumut baru-baru ini.
Bahkan, peraih medali emas Asean Para Games 2022 Solo itu sudah berencana untuk memboyong sanak familinya ikut menonton di Peparnas Sumut nanti. Sayang, perhelatan itu batal karena alasan akses dan fasilitas disabilitas yang belum memadai.
“Kalau Sumut sebenarnya siap, bahkan Bapak Pj. Gubernur juga menyatakan siap. Tapi alasannya juga masih belum jelas. Ini kabarnya masalah akses, sih. Jadi, ya keluarga, tetangga, kan pasti ada niat mau nonton,” katanya.
Terkait persiapan dan target, setelah mendapati fakta dan keputusan Sumut batal menjadi tuan rumah Peparnas 2024, Sofyan mengaku ia tak mau terganggu dengan hal itu. Dirinya tetap intens melakukan latihan setiap hari.
Menurutnya, ikut membahas persoalan tersebut bakal berdampak ke mental dan persiapannya. Apalagi dirinya yang menjadi atlet prioritas di Peparnas nanti diproyeksikan bisa meraih medali di cabor Tenis Meja.

“Intensitas latihan seperti biasa. Cuma, jadi banyak pikiran. Jadi gak mau dengar apapun alasan dari luar sana terkait batalnya Peparnas Sumut ini. Buat saya kecewa, apapun alasannya saya gak mau dengar, terserahlah. Yang penting maksimal,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua NPC Sumut Alan Sastra Ginting menuturkan, alasan pembatalan disebabkan karena belum semua venue yang digunakan untuk Peparnas Sumut memenuhi standard disabilitas. Akhirnya, perhelatan itu dipindahkan ke Solo.
Seperti Sofyan, Alan juga mengaku sedih asa Sumut menjadi tuan rumah Peparnas ke-17 pupus. Pasalnya, ia salah satu pihak yang turut ‘berdarah-darah’ untuk mempersiapkan ajang itu agar terselenggara di Sumut bersamaan dengan PON.
“Sejak usainya Peparnas Papua di tahun 2021 lalu kita benar-benar fokus persiapan. Kehendak lain memutuskan, itu (Peparnas ke-17) harus bergeser ke Kota Solo. Dari tim NPC Indonesia menyatakan ke Menpora dan Pak Pj. Gubernur harus bergeser,” ucap Alan.
Keputusan pergeseran tuan rumah itu kata Alan, terjadi saat rapat persiapan Peparnas antara Kemenpora, NPC Indonesia, dan Pj. Gubernur Sumut pada Mei lalu. Hasilnya, beberapa venue dinilai belum layak dengan standarisasi bagi atlet disabilitas.
Menurut Alan, jika diberi sedikit waktu untuk memperbaiki standarisasi venue, ia bakal optimistis Sumut bisa menjadi tuan rumah. Hanya saja, keputusan kepindahan ke Solo sudah final dan persiapan mesti terus dimatangkan.
“Gak ada kesempatan itu, karena kan mengejar waktu juga kata tim. Kita berharap ada kesempatan tersebut. Kita berkaca dari pelaksanaan Peparnas Papua, makanya kita optimis Sumut bisa menjadi tuan rumah,” ujarnya.
Alan mengungkap, akibat perpindahan tuan rumah ini, pihaknya mesti menyusutkan total atlet kontingen yang bakal berlaga di Peparnas. Awalnya NPC Sumut menyiapkan 350 atlet, namun dikurangi menjadi 150 orang.
Total atlet yang diberangkatkan merupakan atlet prioritas. Sementara itu sisanya, atlet muda yang dipersiapkan untuk mengikuti ajang olahraga disabilitas lainnya. Secara psikis kata Alan, hal ini sedikit mengganggu mental para atlet.
“Kalau kita tuan rumah, agak ringan masalah anggaran. Kalau sudah bergeser ke Solo, kita mesti kurangi berangkat minimal 150 orang. Secara psikis terganggu, tapi saya langsung turun ke venue-venue memberikan motivasi ke atlet,” ucap Alan.
Lebih jauh Alan berharap, apapun keputusan terkait batalnya Sumut menjadi tuan rumah Peparnas ke-17, tidak mengganggu prestasi para atlet yang sedang berjuang. Terlebih, persiapan yang sudah dilakukan cukup lama.
“Ya target kita bisa dapat 35 medali emas. Kita mesti tetap berbuat dan tetap bisa meraih prestasi. Apapun kendalanya, kita harus konsisten dan tetap fokus,” kata Alan. (Ardi)