IMAJI.CO.ID – Masyarakat di Jalan Selambo, Desa Amplas, berduyun-duyun mendatangi Polda Sumatera Utara (Sumut) pada Rabu (30/10/2024) siang. Jumlah massa yang hadir pun mencapai ratusan orang.
Hadirnya mereka yang melakukan unjuk rasa ialah buntut dari penyerangan yang dilakukan oleh geng motor terhadap masyarakat Selambo, bahkan menyebabkan 2 orang meninggal dunia dan belasan alami luka-luka. Misi mereka mendatangi Polda Sumut ialah meminta keadilan dan pengusutan terhadap aktor intelektual yang terlibat.
Massa aksi datang melakukan beragam protes. Bahkan Jumlah mereka yang banyak menyebabkan arus lalu lintas di Jalanlinsum macet total, terlebih masyarakat Selambo sempat memblokade jalan.
“Kedatangan kita ke Polda Sumut ini adalah untuk menyampaikan aspirasi masyarakat, khususnya daerah Selambo di mana pada tanggal 22 terjadi penyerangan oleh geng motor. Dan ada 8 orang terkena tembakan,” ujar Sihombing selaku pimpinan aksi.
Dirinya mengklaim jika penyerangan serupa yang mereka alami bukanlah kali pertama. Namun terhitung sudah lima kali.
“Jadi kami masyarakat Selambo hadir di sini sesuai dengan rilis berita yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian, geng motor ini adalah suruhan yang dibayar Rp15 ribu sebagai panjar. Dengan Intelejensi pihak kepolisian Polda Sumut dan Polres, tentu sudah tahu siapa dalangnya,” sebutnya.
Ratusan massa menganggap bahwa penyerangan terhadap mereka yang terjadi seminggu lalu punya aktor intelektual. Di mana sampai saat ini pelaku yang memerintahkan geng motor menyerang mereka belum juga ditangkap.
“Masyarakat Selambo yang hadir di sini menuntut siapa sebenarnya aktor dan dalangnya, agar aktor intelektual di balik penyerangan ini secepatnya ditangkap. Apabila pihak kepolisian tidak mampu menangkap, masyarakat Selambo akan melakukan aksi lagi ke Polda Sumut, melakukan pemblokiran jalan, dan akan menginap di halaman Polda Sumut. Karena masyarakat Selambo sampai pada hari ini trauma berkepanjangan dan mereka takut setiap keluar,” katanya.
Terkait dengan 11 anggota geng motor Neleng yang sudah ditangkap polisi, Sihombing menganggap bahwa mereka hanyalah suruhan saja. Kasus kekerasan akan tetap terjadi bila aktor intelektualnya tidak segera ditangkap.
Saat menyambangi Polda Sumut, tampak mereka membawa berbagai macam properti sebagai simbol kemarahan. Properti-properti tersebut antara lain seperti ambulan dengan salib, peti mati, hingga sebuah keranda yang bertuliskan “Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Keadilan Bagi Masyarakat Kecil Selambo”.
“Waktu penyerangan keempat kalinya kami dijarah, duit hilang, sepeda motor hilang, dibakari posko. Kemarin (geng motor yang datang) ada lebih dari 500 orang,” timpal Rohanna, warga Selambo yang ikut aksi. (EK)