IMAJI.CO.ID– Belum genap sebulan kasus penganiayaan terhadap anak di bawah umur terjadi di Kota Medan, kini kasus serupa juga terulang kembali. Bedanya kali ini yang melakukannya ialah seorang pekerja di tempat pengasuhan anak.

Cici Anastasya tidak pernah menyangka bahwa anaknya menjadi korban penganiayaan. Padahal tempat pengasuhan anak bernama Murni Day Care di Komplek Al Abadi, Medan Sunggal, itu telah sepenuhnya dipercayainya.

Cici telah melaporkan kasus penganiayaan ini ke Polrestabes Medan dan membawa anaknya melakukan visum di RS Bhayangkara. Dari rekaman CCTV yang viral di media sosial, tampak anaknya disuapi secara paksa pakai sendok, dijambak, sampai dipukul.

Kabar bahwa anaknya mendapat penganiayaan di tempat penginapan itu telah didengar sebelumnya oleh Cici. Awalnya adiknya mengirim informasi bahwa anaknya disuap secara paksa. Namun saat itu Cici masih mencoba memberikan pengertian kepada adiknya bahwa mungkin anaknya sedang tidak mau dikasih makan.

“Kemudian insiden kedua tanggal 1 Oktober, puncaknya dikirim lagi video dan saya langsung konfirmasi ke owner-nya. Saya telpon kenapa bisa seperti ini cara memberi makan anak saya. Dilihat dari video itu, anak saya dicubit, disodok sendok, terus owner-nya Cuma jawab ‘saya coba ke Day Care dulu coba memastikan’,” ujar Cici Rabu (9/10/2024).

Tanggal 2 Oktober, anak Cici tidak masuk lagi karena dadanya memar begitu juga dengan pipinya.

“Tanggal 2 Oktober saya buat pengaduan ke Polrestabes Medan dan di hari itu juga kami langsung mengecek lokasi kejadian, dan visum di RS Bhayangkara. Setelah itu ditindaklanjuti sampai di tanggal 7 Oktober baru naik BAP-nya,” beber Cici.

Ia mengaku telah melihat rekaman CCTV terakhir yang ada di tempat pengasuhan anak itu. Ia mengatakan bahwa ternyata sering pengasuhnya melakukan penganiayaan, terutama pada tanggal 20, 23, dan tanggal 27 September.

“Kalau dampaknya ke anak saya dia trauma sampai sekarang. Tidak mau makan menggunakan sendok lagi dan demam tinggi. Dia sempat opname karena demam tinggi di hari Minggunya,” cerita Cici.

Cici berharap bahwa tempat pengasuhan anak harus lebih memerhatikan kualitas pengasuhnya lagi. Sebab ia tidak ingin ada korban lain seperti yang dialami anaknya. (EK)