IMAJI.CO.ID, MEDAN — Publik mulai ramai membahas siapa calon wakil gubernur Sumatera Utara yang tepat, sebagai pendamping Edy Rahmayadi pada Pilkada Serentak 2024. Pembahasan terkait ini mencuat pasca Edy Rahmayadi menerima surat keputusan (SK) rekomendasi dari DPP PDIP untuk maju pada kontestasi Pilgubsu pada Sabtu, 10 Agustus 2024.
Tim redaksi Imaji.co.id mendapatkan informasi ada tiga nama potensial sebagai pendamping gubernur petahana tersebut. Yakni ada dari internal PDIP, Djarot Saiful Hidayat, Barry Simorangkir dan tokoh agama yang juga dari eksternal, Dedi Iskandar Batubara. Akan tetapi tak tertutup kemungkinan, di luar ketiga nama tersebut yang justru akan dipilih oleh Edy Rahmayadi nantinya. Karena kabarnya, Edy Rahmayadi, diberi keleluasaan atau otoritas oleh PDIP untuk memilih calon wakilnya.
Dari sisi ketokohan dan pengalaman birokrasi, tentulah Djarot Saiful Hidayat sangat tepat untuk menjadi wakil Edy. Sejauh ini, anggota DPR RI yang tak terpilih lagi pada Pemilu 2024 lalu itu, sebagai calon kuat pendamping mantan Pangkostrad. Meski sempat menjadi rival Edy Rahmayadi pada Pilgubsu 2018, menyandingkan Djarot berlatarbekalang kader tulen PDIP, tentu menguatkan barisan akar rumput partai banteng moncong putih untuk memenangkan keduanya.
Berkaca pada aspek logistik politik, Djarot Saiful Hidayat tentu tak sebaik Barry Simorangkir. Barry yang dikenal sebagai pengusaha sukses di sejumlah segmen bisnis, dianggap memiliki kekuatan finansial guna menandingi ‘koalisi gemuk’ milik Bobby Nasution. PDIP tentu sudah berhitung cermat sampai ke titik ini. Walaupun tak mumpuni secara finansial, Djarot tetap bisa diplot sebagai wakil Edy, lewat pergerakan militan kader-kader PDIP hingga tingkat anak ranting. Keduanya akan saling mengisi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apalagi Djarot Syaiful Hidayat duduk menjadi wakil rakyat dari Sumut pada Pileg 2019 lalu. Artinya secara elektoral, terkhusus Dapil Sumut III, dia sudah memiliki rekam jejak kantong suara. Tinggal dilakukan penguatan-penguatan kembali ketika nantinya resmi dipinang oleh Edy, serta mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum.
Mengenai sosok Barry Simorangkir, mungkin masih asing di telinga rakyat Sumut. Setau saya, selain menjadi pemain properti di Amerika Serikat, dia juga merupakan owner dari Rumah Sakit Hermina se Indonesia. Pemilik slogan ‘Anak Batak Otak Global’ ini, tampaknya tak main-main ingin membangun kampung halamannya. Karena saya amati, dia mengikuti seluruh tahapan partai politik sejak pembukaan pendaftaran seperti calon-calon lainnya. Hingga kini pun ia tak putus asa menanti rekomendasi atau pinomat akan dipinang oleh calon yang telah menerima SK rekom dari parpol.
Justru keasingan pada sosoknya inilah yang membuat Barry Simorangkir masuk bursa sebagai calon pendamping Edy Rahmayadi. Ia dinilai ‘masih bersih’ secara politik. Belum ada catatan buruk seperti terlibat korupsi, kolusi, dan nepotisme. Baik di tingkat Sumut maupun nasional. Dan sekali lagi, Barry Simorangkir dianggap memiliki finansial mumpuni untuk mengimbangi kekuatan ‘koalisi gemuk’ dari menantu Presiden Joko Widodo. Pencitraan terhadap dirinya akan lebih mudah dikemas dan ‘dijual’, ketika telah ditetapkan sebagai wakil Edy Rahmayadi. Bahkan meski head to head dengan sosok wakilnya Bobby Nasution, yang notabene merupakan Bupati Asahan, H Surya.
Kemudian untuk nama terakhir yakni Dedi Iskandar Batubara, ikut meramaikan bursa sebagai calon wakil Edy Rahmayadi. Nama ini sudah tidak asing lagi, karena merupakan anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD asal Sumut. DIB, panggilan akrab Dedi Iskandar Batubara, adalah pemilik suara terbanyak dalam Pemilu 2024 lalu untuk tingkat DPD RI. Ketokohan DIB yang juga Ketua Pengurus Wilayah Al-Washliyah Sumut ini, memang sudah tidak diragukan lagi. Selain religius, sosoknya hingga kini juga tergolong bersih secara politik. Harmonisasi dengan Edy Rahmayadi pun terbilang sangat baik. Bahkan DIB dengan Al-Washliyah-nya, ikut mengawal program-program Edy Rahmayadi selama lima tahun memimpin Sumut.
Akan tetapi jika bicara politik tidak terlepas dari namanya logistik, DIB bahkan disebut-sebut sebagai pilihan ketiga atau terakhir sebagai calon pendamping mantan ketua umum PSSI tersebut. Apalagi jika harus mundur sebagai anggota DPD RI terpilih pascapendaftaran di KPU nanti. Pertaruhannya cukup besar ketimbang kondisi Djarot Syaiful Hidayat maupun Barry Simorangkir.
Meski demikian, Edy Rahmayadi justru ditantang untuk menjadikan DIB sebagai calon wakilnya. Hal itu disuarakan aktivis yang tergabung dalam Gerakan Aktivis 98 (Gerak 98), M Jhonson Silalahi.
“Saya melihat kekuatan besar jika dua orang ini, baik Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi menjadi rival dalam Pilgub Sumut 2024. Pertama, kita tahu Bobby Nasution adalah menantu Presiden RI, Joko Widodo. Kedua, partai pengusung dan pendukungnya cukup banyak. Tentunya ini harus menjadi perhitungan penting bagi lawannya,” ujar Jhonson kepada wartawan, Senin (12/8/2024).
Dari potensi dan kekuatan besar itu, Jhonson melihat bahwa kekuatan besar PDI Perjuangan yang akan mengusung Edy Rahmayadi juga tidak bisa dianggap enteng. Mengingat namanya termasuk petahana, walaupun secara nyata ia tak lagi menjabat kepala daerah, berbeda dengan Bobby Nasution yang masih Wali Kota Medan.
“PDI Perjuangan itu punya kursi lebih dari cukup untuk mengusung sendiri calonnya. Ditambah lagi kemungkinan besar, ada Partai Hanura yang sekarang bendera partai itu sudah berkibar di rumah pemenangan Edy Rahmayadi,” ujarnya.
Karena itu Jhonson menilai bahwa Edy Rahmayadi harus mencari sosok Bakal Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara yang juga memiliki potensi besar untuk menarik minat pemilih. Sehingga perimbangan kekuatan itu terlihat jelas.
“Kalau kita melihat kekuatan sosok Edy Rahmayadi yang diusung PDI Perjuangan, perlu tambahan kekuatan dari tokoh yang memang dikenal dan punya kans besar untuk dipilih rakyat,” ungkapnya.
Dari beberapa nama yang muncul di publik, Jhonson menilai bahwa PDI Perjuangan tidak kekurangan tokoh pemimpin. Menurutnya, ada sosok Djarot Saiful Hidayat, politisi yang sudah tak perlu dipertanyakan lagi. Selanjutnya ada Nikson Nababan, mantan Bupati Tapanuli Utara (Taput). Ada juga Barry Simorangkir, pengusaha dan konsultan IT. Kemudian Ruben Tarigan yang kini menjabat anggota DPRD Sumut. Sementara dari kalangan eksternal, ada Akhyar Nasution, mantan Wali Kota Medan hingga muncul nama Dedi Iskandar Batubara.
“Dari kalangan internal, tentu PDI Perjuangan tinggal menetapkan siapa yang akaan didorong. Sedangkan dari kalangan eksternal, perlu sosok yang memiliki kekuatan besar untuk menambah daya dobrak dan penggerak massa,” sebutnya lagi.
DIB sendiri katanya, merupakan salah satu sosok dari kalangan eksternal partai yang sangat kuat untuk mendampingi Edy Rahmayadi. Selain jabatan saat ini Anggota DPD RI mewakili Sumut, juga sebagai Ketua PW Al-Washliyah Sumut. Sehingga hitung-hitungan kekuatan, akan sangat membantu pemenangan.
“Keduanya punya kans kuat. Edy Rahmayadi masih dikenal publik sebagai Gubernur Sumut satu periode, ditambah ketua Al-Washliyah Sumut yang memperoleh 1 juta lebih suara pada Pemilu 2024 untuk calon DPD RI, Februari lalu. Ini akan menjadi perhitungan kuat dengan sosok yang saling menguatkan,” jelas Jhonson.
Terakhir kata Jhonson, hubungan Edy Rahmayadi dan Dedi Iskandar Batubara yang diprediksi akan berlangsung harmonis. Akan berbeda dari sebelumnya saat era pasangan Eramas yang kurang sejalan setelah beberapa tahun bersama.
“Saya kira ini pasangan yang tepat. Mantan perwira TNI bersama dengan ketua ormas Islam. Maka kita menyarankan Edy Rahmayadi untuk menantang Dedi Iskandar Batubara atau DIB, bukan untuk menjadi musuh tetapi sebagai pasangannya di Pilgub ini. Kenapa menantang, karena DIB terpilih lagi untuk yang ketiga kalinya sebagai anggota DPD RI, dimana jabatan itu harus dia urungkan jika menjadi calon wakil gubernur Sumut,” pungkas Jhonson. (IMAJI.CO.ID/GOB)