Joki Strava dan Pengakuan Identitas

JOKI STRAVA: Jasa joki pelacakan kebugaran dan olahraga lari dengan aplikasi "Strava" kini semakin banyak dimanfaatkan oleh pelari pemula, demi sebuah pengakuan. (Imaji/ Qodrat Al Qadri)

Pengakuan memang hal di atas segalanya. Tak sedikit orang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan. Termasuk di era media sosial seperti saat ini.

IMAJI.CO.ID. MEDAN– Sepekan lalu, media sosial ramai dengan joki Strava. Satu fenomena baru di dunia “anak lari” maupun sepeda saat ini. Betapa tidak? Munculnya fenomena ini di satu sisi membuat orang tersenyum, terkejut bahkan ada juga ada yang mengelus dada.

Joki Strava ini menawarkan jasa menjalankan olahraga lari atau bersepeda, untuk dicatatkan pada akun Strava orang lain yang menggunakan jasanya. Strava sendiri merupakan aplikasi kebugaran yang mencatat aktivitas olahraga seseorang.

Aplikasi ini sangap populer di kalangan pegiat lari dan sepeda, meski sebenarnya bisa juga mencatatkan jenis olahraga lainnya.

Di Medan, joki Strava ini memang belum begitu familiar sepeti di Jakarta. Meski begitu bukan berarti jasa ini tidak ada. Sebagian penggiat komunitas lari percaya bahwa jasa ini sudah ada di Medan.

“Kalau aku percaya saja jasa ini ada. Medan lagi. Karena banyak orang yang memang mau panjat sosial (pansos),” ujar Amri Hasibuan, salah satu masyarakat yang bergabung dengan komunitas lari di Medan.

Ia pribadi hobi lari itu karena untuk mencari kesehatan. Bahkan di komunitasnya, Connect By Running, banyak orang-orang yang hobi lari itu juga untuk bersilaturahmi. “Ini sebenarnya tujuan kita. Meski tetap tidak dipungkiri ada juga yang lari untuk pansos ataupun mau mendapat pengakuan,” ucapnya.

Orang-orang yang biasanya memakai jasa joki Strava, sudah otomatis adalah orang-orang yang ingin mendapatkan pengakuan. “Memang kadang anak lari itu harus gaya ya. Di upload di medsos untuk mendapat pengakuan. Tapi bukan itu tujuan utamanya. Kalau saya pribadi dan kawan-kawan di komunitas, tujuan utamanya itu untuk sehat dan menjalin silaturahmi,” katanya.

Hal yang sama juga diutarakan Amalia Thoha. Pelari perempuan dari komunitas lari RUNMDN ini juga mengaku bahwa fenomena joki Strava memang salah satu fenomena hausnya orang terhadap pengakuan.

“Itu bukti kefomoan mereka. Tapi aku yakin, orang-orang yang heboh ini juga membuatnya hanya untuk konten semata,” ucap Amal.

Sebagai orang yang gabung di komunitas lari cukup lama, Amal yakin bahwa pengguna jasa joki Strava adalah pelari-pelari baru yang memang juga butuh pengakuan. “Mungkin itu mereka baru lari dan mau mendapat pengakuan. Kalau biasanya yang sudah sering lari, sebenarnya pengakuan Strava itu sudah tidak penting lagi,” ucap Amal.

ADVERTISEMENT